Langsung ke konten utama

Abdullah bin Amr: Syuhada Uhud yang Berbicara dengan Allah tanpa Hijab

Hasil gambar untuk abu jabir abdullah bin amr bin haramVOA-ISLAM.COM - Abdullah bin Amr bin Haram  atau biasa disebut Abu Jabir bin Abdullah adalah salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah berbaiat pada saat baiat ‘aqabah ke dua. Ia diangkat oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai wakil dari Bani Salamah yang termasuk suku Khazraj.

Usai baiat aqabah ke dua ia kembali ke Madinah, jiwa raga dan harta bendanya ia korbankan sebagai baktinnya untuk Islam. Apalagi, setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, maka ia mendapatkan nasib baik dengan memiliki kesempatan untuk selalu bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam baik siang maupun malam.

Ketika pertempuran yang paling menentukan, yakni perang Badar Kubra dikumandangkan, Abdullah bin Amr termasuk salah satu pejuang di dalamnya yang menjadi Ahlul Badr. Tentu saja sebuah kemuliaan bagi para Ahlul Badr sebagaimana dalam sebuah hadits:

جَاءَ جِبْرِيلُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا تَعُدُّونَ أَهْلَ بَدْرٍ فِيكُمْ قَالَ مِنْ أَفْضَلِ الْمُسْلِمِينَ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا قَالَ وَكَذَلِكَ مَنْ شَهِدَ بَدْرًا مِنْ الْمَلَائِكَةِ

“Datang Malaikat Jibril pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: apa pendapat kalian tentang Ahlul Badr diantara kalian? Maka bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: mereka adalah muslimin yang paling mulia (atau kalimat yg bermakna demikian), lalu berkata Jibril: demikian pula yg mengikuti perang Badr dari kelompok malaikat, mereka adalah malaikat yang terbaik.” (H.R. Bukhari)

Kemudian, saat perang Uhud meletus, ia pun kembali turut serta dalam kancah jihad di pertempuran tersebut.

Namun, sebelum kaum muslimin berangkan menyongsong perang Uhud yang penuh prahara, Abdullah bin Amr bin Haram sempat mendapatkan firasat atas kesyahidan dirinya. Dalam benaknya ia merasa kelak akan mejadi syuhada pertama di medan Uhud.

Suatu perasaan kuat meliputi  dirinya bahwa ia tak akan kembali. Hal itu sama sekali tak membuatnya sedih namun justru suka cita terpancar dari hatinya. Maka, ia pun memanggil anaknya, Jabir bin Abdullah yang juga sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan wasiat.

اني لا أراي الا مقتولا في هذه الغزوة بل لعلي سأكون أول شهدائها من المسلمين، واني والله، لا أدع أحدا بعدي أحبّ اليّ منك بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم وان عليّ دبنا، فاقض عني ديني، واستوص باخوتك خيرا

“Sesungguhnya ayahanda merasa yakin akan gugur dalam peperangan ini, bahkan mungkin akan menjadi syuhada pertama di kalangan kaum muslimin. Dan demi Allah, sungguh ayahanda tak rela sepeninggalku mencintai seorang pun diantaramu melebihi cintanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, sebetulnya ayahanda memiliki hutang, maka lunasilah hutangku dan wasiatkanlah kepada saudara-saudaramu agar mereka suka berbuat baik.”

Keesokan harinya, para mujahidin dari golongan Anshar dan Muhajirin berangkat menuju medan Uhud. Kafir Quraisy datang dengan pasukan besar dengan tujuan menyerang Madinah dan menghabisi kaum Muslimin.

Abdullah bin Amr bin Haram termasuk dalam limapuluh orang pemanah pimpinan Abdullah bin Zubair yang ditunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga garis pertahanan di atas bukit. Pertempuran berlangsung dengan sengit, pasukan Quraisy dapat dipukul mundur dan mereka meninggalkan harta ghanimah yang terserak di medan pertempuran Uhud.

Para pemanah di atas bukit sebenarnya telah diminta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tidak meninggalkan tempatnya, menang atau kalah, sampai diperintahkan oleh beliau sendiri. Tetapi sebagian besar dari mereka tergiur dengan barang-barang orang Quraisy yang berserakan tersebut, mereka meninggal pos pertahanan dengan menuruni bukit untuk mengambilnya.

Sang komandan pemanah, Abdullah bin Zubair berteriak mengingatkan pesan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, tetapi mereka mengabaikannya, tinggallah hanya sekitar sepuluh orang, termasuk Abdullah bin Amr bin Haram yang bertahan di atas bukit.

Benar saja, tak lama berselang, sekelompok pasukan berkuda Quraisy di bawah pimpinan Khalid bin Walid yang saat itu belum masuk Islam, menaiki bukit pertahanan tersebut, dan terjadilah pertempuran tidak seimbang dengan sepuluh sahabat yang tersisa.

Dalam pertempuran dahsyat ini, Abdullah bin Amr bin Haram bersama para sahabat lainnya berjibaku dengan gagah berani. Meski kondisi tak seimbang sama sekali tak menciutkan nyali para sahabat, mereka betempu dengan segala kemampuannya demi membela agama Allah. Maka, inilah pertempuran terakhir bagi Abdullah bin Amr bin Haram di mana ia meraih kesyahidan yang dirindukannya.

Seperti yang dialami para sahabat lainnya, jenazah Abdullah bin Amr dicincang kafir Qurays yang begitu mendendam untuk membalas kekalahannya dalam perang Badr terdahulu.

Sang anak, Jabir bin Abdullah dan sebagian keluarganya berdiri menangisi jenazah sang ayah yang amat mengenaskan.

جَابِر بْن عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : لَمَّا قُتِلَ أَبِي جَعَلْتُ أَكْشِفُ الثَّوْبَ عَنْ وَجْهِهِ أَبْكِي وَيَنْهَوْنِي عَنْهُ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنْهَانِي فَجَعَلَتْ عَمَّتِي فَاطِمَةُ تَبْكِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبْكِينَ أَوْ لَا تَبْكِينَ مَا زَالَتْ الْمَلَائِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رَفَعْتُمُوهُ

Jabir bin 'Abdullah radliallahu 'anha berkata: Ketika bapakku meninggal dunia aku menyingkap kain penutup wajahnya, maka aku menangis namun orang-orang melarangku menangis sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak melarangku. Hal ini membuat bibiku Fathimah ikut menangis. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dia menangis atau tidak menangis, malaikat senantiasa akan tetap menaunginya sampai kalian mengangkatnya". [H.R. Bukhari]

Demikianlah kemuliaan bagi Abdullah bin Amr bin Haram bersama para syuhada uhud lainnya, di mana para malaikat menaungi dengan sayapnya.

Bahkan bukan hanya itu, bahkan setelah wafatnya Abdullah bin Amr bin Haram, Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam menceritakan kegemarannya yang begitu cinta dengan mati syahid yang kemudian menjadi asbabun nuzul dari surat Ali Imran ayat 169-170:

سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ :لَمَّا قُتِلَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ حَرَامٍ يَوْمَ أُحُدٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا جَابِرُ أَلا أُخْبِرُكَ مَا قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لابِيكَ قُلْتُ بَلَى قَالَ مَا كَلَّمَ اللَّهُ أَحَدًا إِلَّا مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ وَكَلَّمَ أَبَاكَ كِفَاحًا فَقَالَ يَا عَبْدِي تَمَنَّ عَلَيَّ أُعْطِكَ قَالَ يَا رَبِّ تُحْيِينِي فَأُقْتَلُ فِيكَ ثَانِيَةً قَالَ إِنَّهُ سَبَقَ مِنِّي أَنَّهُمْ إِلَيْهَا لا يُرْجَعُونَ قَالَ يَا رَبِّ فَأَبْلِغْ مَنْ وَرَائِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَذِهِ الايَةَ : وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا

Aku mendengar Jabir bin Abdillah berkata; ketika Abdullah bin Amr bin Haram terbunuh pada perang Uhud Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; wahai jabir maukah engkau aku kabarkan apa yang Allah ‘Azza wa Jalla firmankan kepada ayahmu? Aku menjawab; tentu ya Rasulullah, tidaklah Allah berbicara kepada seseorang pun kecuali dari balik hijab tapi Allah telah berbicara kepada ayahmu dengan bertatap muka, lalau Allah berfirman: 'Wahai Hambaku, memohonlah kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu, ' ia menjawab; 'Wahai Rabb, hidupkan aku kembali agar aku terbunuh di jalan-Mu untuk kedua kalinya.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya telah berlalu dari-Ku bahwasanya mereka tidak akan kembali lagi ke sana, ' ia berkata; 'Wahai Rabb, kalau begitu sampaikanlah kepada orang yang berada di belakangku.'" Beliau bersabda: "Maka Allah Ta'ala menurunkan: "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki." (H.R. Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Albani).

Subhanallah, dari kisah di atas sungguh penuh hikmah. Sebuah fenomena yang menakjubkan, bahwa pada dasarnya maut adalah sesuatu yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Ta’ala. Namun begitu mulianya para syuhada, jika Allah menghendaki tentu pengetahuan tentang maut itu bisa saja dimasukkan dalam firasat para hambaNya. Inilah bukti kebenaran bagi mereka para mujahid yang jujur merindukan syahid fi sabilillah. Wallaahu a’lamu bishshawaab
. [Ahmed Widad/dbs]

Komentar

Postingan Populer

Rasulullah Diasuh Oleh Kakeknya Abdul Mutthalib Kemudian Pamannya Abu Thalib

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama kakeknya Abdul Mutthalib setelah Ibunya Aminah meninggal. Dia menyantuninya dan sangat sayang kepadanya, bahkan belum pernah dia lakukan terhadap salah satu dari anaknya, dia mendudukkannya dekat tempat duduk Abdul Mutthalib. Abdul Mutthalib sebagai seorang tokoh memiliki tempat duduk tempat Ka’bah yaitu anak-anaknya duduk disekitar kasur itu sambil menanti ayahnya datang. Tidak ada satupun di antara anak-anaknya yang duduk di atas kasur tersebut sebagai tanda penghormatan baginya, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang waktu itu masih kecil datang dan duduk di atasnya, para pamannya mengangkat dan melarangnya, tetapi Abdul Mutthalib yang menyaksikan itu berkata, “Biarkan saja anak saya melakukan itu, karena dia akan menjadi orang besar.” Kemudian Abdul Mutthalib mendudukkannya bersamanya di atas kasur, sambil mengusap punggungnya dengan tangannya sambil bergembira dan menikmati apa yang dia lakukan. Namun, pemeliharaan itu...

Kabar Duka Datang dari Rocky Gerung saat Jadi Narasumber ILC TVOne

Kabar Duka Datang dari Rocky Gerung saat Jadi Narasumber ILC TVOne... Pengamat politik, Rocky Gerung, menjadi satu di antara narasumber program diskusi Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne edisi, Selasa 29 Januari 2019 malam, yang mengangkat tema "Ustadz Ba'asyir: Bebaaas...Tidaak". Kali ini Rocky Gerung tidak hadir langsung di meja ILC TVOne, melainkan via video call. Baca selengkapnya >>>

Kepemimpinan Umar bin Khottob ra

Saat itu Beliau menangis memikirkan bagaimana jika seandainya ada satu ekor keledai yang terperosok dijalan berlubang. Atau saat Beliau menggendong sekarung gandum yang akan diberikan pada seorang ibu yang kedapatan oleh Beliau memasak kerikil dalam kuali demi membohongi anaknya yang kelaparan dan meminta makan. Atau saat beliau memberikan sebuah tulang unta yang telah digores lurus oleh pedangnya yang diberikan kepada seorang Yahudi untuk disampaikan kepada gubernur Amr bin Ash ra. Sedikit kejadian yang tertulis diatas menunjukan tingginya kualitas kepemimpinan Umar bin Khattab ra dengan tingkat pemikiran dan keimanan yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan betapa beliau sangat faham makna dari politik yaitu mengurusi urusan umat. Juga menunjukan betapa beliau sangat memahami betapa berat konsekuensi yang akan diperoleh oleh seorang pemimpin jika sampai ada satu manusia yang mengadu kepada Allah SWT atas kerusakan, kezaliman dan ketidakadilan yang dibuat sebab kepemimpinnya. Ngeri,...

Kisah Nabi Luth as - Kaum yang Mencintai Sesama Jenis

Akhir bulan saatnya update untuk menyegarkan halaman Kisah Islami blog ini, teladan untuk mengarungi kehidupan sehari-hari. Kisahnya sudah tertulis di Al Qur'an. Oh iya, insya Alloh tanggal 1 Mei 2018 nanti akan ada hari dimana setiap doa pasti dikabulkan Allah SWT, hari Nisfu Sya'ban dan pertengahan Mei sudah Ramadan. Kisahnya... Pada zaman dahulu ada suatu penduduk yang bernama negeri Sodom yang menganggap bahwa berhala yang mereka sembah adalah Tuhan yang memberi mereka rezeki dan kehidupan. Hal ini membuat tingkah laku mereka menjadi tidak wajar seperti manusia pada umumnya. Terlebih kebiasaan mereka untuk menyukai sesama jenis. Laki-laki menyukai laki-laki dan perempuan menyukai perempuan. Maka di negeri itulah Allah SWT menurunkan Nabi Luth as sebagai utusaNya dan untuk mengajak orang-orang sesat itu ke jalan kebaikan. Nabi Luth as berdakwah menyadarkan kaum Sodom untuk meninggalkan berhala dan segera menyembah Allah SWT. Juga harus meninggalkan kebiasaan mereka yang meny...

Sahabat Rasul Sya’ban RA yang Menyesal Saat Sakaratul Maut

Seorang sahabat Rasulullah SAW, Sya’ban ra memiliki kebiasaan unik. Dia datang ke masjid sebelum waktu shalat berjamaah. Ia selalu mengambil posisi di pojok masjid pada setiapa shalat berjamaah dan I’tikaf. Alasannya, selalu mengambil posisi di pojok masjid karena ia tidak ingin mengganggu atau menghalangi orang lain yang akan melakukan ibadah di masjid. Kebiasaan ini, sudah dipahami oleh semua orang bahkan Rasulullah sendiri. Pada suatu pagi, saat shalat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasulullah SAW merasa heran karena tidak mendapati Sya’ban ra pada posisi seperti biasanya. Rasul pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban? Tapi, tidak ada seorang pun yang melihat Sya’ban ra. Shalat Subuh pun sengaja ditunda sejenak, untuk menunggu kehadiran Sya’ban. Namun yang ditunggu belum datang juga. Karena khawatir shalat Subuh kesiangan, Rasulullah pun memutuskan untuk segera melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Hingga shalat Subuh selesai pun Sya’ban belum datang jug...

8 Pintu Surga Memanggil Abu Bakar

Setiap orang tahu, kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Walaupun.. tidak setiap orang menyadarinya. Akhir hayat yang indah selalu jadi dambaan. Walaupun.. yang mendambakan kadang tidak mengusahakan. Dan kita semua menginginkan surge. Tahukah Anda bagaimana gambaran surga itu? Surga selalu jadi cerita indah. Penghuninya duduk-duduk di dipan bertahtakan emas. Bertelekan berpandangan dengan kekasih. Mereka dilayani anak-anak muda; membawa gelas, cerek, dan minuman dari sungai-sungainya. Buah-buahannya landai mendekat. Daging-daging jadi hidangan lezat untuk disantap. Kekasih mereka adalah bidadari yang terjaga. Bagaikan intan dan mutiara. Usia bidadari itu sebaya dan penuh cinta. Di dunia manusia lelah dengan pertengkaran dan keributan. Alangkah damainya surga, karena para penghuninya tidak pernah mendengar ucapan yang sia-sia. Tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa. Di surga, ada pohon bidara tak berduri. Dan pohon pisang yang buahnya tersusun rapi. Ada naungan yang terbentang lua...

Merekalah Orang-Orang Yang Mencintai Nabi

Cinta Nabi. Kalimat sederhana yang begitu dalam maknanya. Dua kata yang bisa membuat orang menebusnya dengan dunia dan seisinya. Karena memang demikianlah hakikinya. Nabi Muhammad ﷺ wajib lebih dicintai dari orang tua, istri, anak, dan siapapun juga. Namun, kecintaan kepada Nabi Muhammad ﷺ bukanlah sesuatu yang bebas ekspresi. Tetap ada aturan yang indah dan elegan. Tidak boleh berlebihan dan juga menyepelekan. Tidak boleh mengada-ada. Karena beliau begitu mulia untuk dipuja dengan sesuatu yang bukan dari ajarannya. Allah ﷻ berfirman, وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya....

Kisah Tsauban bin Bujdad (yang Mengabdi pada Rasulullah SAW)

Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (Q.S. An-Nisa ; 69) Diantara sahabat Rasulullah SAW, hanya seorang yang mendapat julukan Maula Rasul, dialah Tsauban. Seorang budak perang yang dulu mengabdi kepada seorang tuan yang terbunuh saat memerangi Nabi. Namun, dengan kebaikan Rasulullah SAW, Tsauban di bebaskan. Tsauban kini menjadi seorang yang bebas, merdeka. Meskipun demikian, Tsauban justru mengikat hatinya pada Rasulullah. Ia jatuh cinta pada keindahan akhlak Rasulullah SAW. Seluruh hidupnya dikhidmatkan untuk Nabi. Kecintaannya yang mendalam ini membuat dirinya tidak sanggup berpisah dari Sang Nabi. Kecintaannya inilah yang membuat namanya ditulis dalam beberapa riwayat kitab-kitab hadis. Pernah suatu saat, ia datang menghadap nabi dalam kondisi yang amat...

Kisah Debu Ajaib Nabi Muhammad Saw (Selesai)

Malaikat-malaikat itu terlihat oleh orang kafir dan orang mukmin. Banyak kesaksian, pasukan-pasukan kafir Quraisy dihabisi secara tragis oleh para malaikat. Ada yang tiba-tiba mati, padahal tidak sedang berhadapan dengan orang-orang beriman. Setelah melemparkan segenggam debu tersebut, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kepada para sahabatnya agar berlaku jujur. Yakni jujur dalam niat, jihad untuk Allah Ta’ala dan Nabi-Nya, juga berlaku jujur ketika berhadapan dengan musuh. Salah satu episode jihad Badar ini juga menjadi penyemangat kaum Muslimin akhir zaman. Bahwa kemenangan merupakan hadiah dari Allah Ta’ala. Orang beriman hanya wajib berupaya dan melakukan sebaik-baik usaha. Selebihnya, Allah Ta’ala punya kuasa. Sehingga dalam ayat ini disebutkan dengan sangat jelas, “Maka bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah-lah yang membunuh mereka. Dan bukan kamu yang melempar (debu) ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.” (Qs. Al-Anfal [8]: 17). [Kisahikmah/Mb...